Sabtu, 30 Agustus 2008

yel apa baca puisi?


Loh...mbak-mas...
mau yel2 apa baca puisi sich?!! kok pake bawa contekan segala.....hehehe!!!

HWEHEHEE...


HWEEE....
HURRAAY...
"The Winning Team"=Kelereng Estafet...!!

Kamis, 28 Agustus 2008

WELCOME...

welcome to Coban Rondo.....(2 Agt 2008)


"cheeezzzZZZeeeee...."




....to be continued (lagi!) hehehe!

OUT BOND (2-3 AGUSTUS 2008) part1


shalat bersama di alam terbuka....


===menyatu dengan alam===

"Subhanallah!"



...to be continued!

SEDIKIT BERBAGI

Organisasi? Aku? Jangan harap bisa menemukanku aktif di sebuah organisasi atau berkecimpung di sebuah kegiatan yang memiliki sebuah komitmen kuat. Tak akan ada yang bisa menemukanku sibuk mengurusi acara, seminar, atau diklat di kampus karena aku memang tak pernah mau sibuk dengan itu semua. Kata lain, aku bukan tipe orang yang suka berorganisasi dan sama sekali tak berpengalaman di organisasi. Juga, aku tidak suka berada dalam lingkungan yang seolah menuntut dan ada jurang jauh yang membatasi jarak antara junior dan senior, kakak dan adik.

Setahun yang lalu saat menjadi mahasiswa baru dan mengikuti acara Kemah Bakti Mahasiswa (atau aku lebih mengenalnya dengan Kemah Bentak Mahasiswa hehe!), salah satu seniorku melotot ke arahku dan memarahiku karena aku tak pernah aktif di organisasi sekolah. Rasanya sakiiiiittt….kejam banget seniorku itu. Ikut organisasi atau tidak, toh itu kan urusanku, ngapain orang lain perlu ikut campur dengan apa yang aku lakukan. Aku sempat kesal dan aku sebal.

Hingga aku mulai memutuskan untuk mencoba bergabung dalam dua hingga empat organisasi yang ada di kampus. Awalnya aku memang mengikuti diklat awal yang diadakan organisasi tersebut dan mencoba rutin mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada, tetapi seiring waktu berjalan aku tidak pernah aktif lagi di organisasi yang aku ikuti itu. Aku masih sering sibuk sendiri dengan kegiatan belajar di kampus dan masih dalam proses adaptasi dengan lingkungan kampus, meskipun salah satu alasan utamanya adalah karena aku malas hehe... Sampai-sampai karena aku merasa tak nyaman aku pun keluar dari salah satu keanggotaan di organisasi kampus (salah satu kebiasaan burukku: jika aku tak merasa nyaman pada suatu keadaan, aku akan menjauh dan meninggalkannya. Don’t try this at home!)

Selama beberapa bulan aku menjalani kehidupan di kampus seperti mahasiswa standar bin biasa-biasa saja, normal banget dah! Hingga pada suatu hari aku mengikuti seminar ESQ yang diadakan Kopma UM, meskipun sebelumnya aku sudah sempat mengikuti seminar ESQ yang diadakan oleh Asrama Mahasiswa UM, aku masih ingin mengetahui lebih banyak mengenai ESQ. Dalam hati aku sempat berkata, jika ada kesempatan untuk mengikuti training ESQ, aku ingin mencobanya.

Pada akhir seminar, aku pun mendaftar untuk mengikuti training ESQ. Memang sempat timbul sedikit keraguan dalam mengikuti training tersebut. Biaya yang bagiku cukup mahal itu sepertinya sayang jika hanya digunakan untuk mengikuti sebuah training yang berlangsung dua hari itu. Beberapa saat aku masih menimbang-nimbang apakah aku benar-benar akan mengikuti training itu, apa aku batalkan saja?

Akhirnya aku putuskan untuk mengikuti training itu. Alhamdulillah, Allah memberiku rejeki yang lebih. Dengan uang beasiswa yang ada, aku bisa menyisihkan untuk mengikuti training ESQ yang diadakan pertama kali di kampus (in-house). Dengan Bismillah, aku pun mantap untuk mengikuti training tersebut.

Dua hari menjalani training di Gedung Sasana Budaya seolah membangunkanku dari tidur panjangku. Aku seperti digugah kembali dan menyadari lebih dalam tentang penciptaan alam ini dan semua yang sering berkecamuk dalam pikiranku sendiri tentang Siapa aku? Untuk apa aku di dunia? Apa yang aku mau? Siapa sesungguhnya yang sebenarnya yang paling aku rindukan? Semua yang selama ini tak pernah aku sadari seolah menjadi penyemangat tersendiri. Memang benar bahwa hidayah itu harus dijemput.

Uang yang sempat aku keluarkan seolah tak ada artinya. Rezeki pasti sudah diatur oleh-Nya dengan sangat amat teliti dan adil sekali Usai menjalani training aku sadar bahwa training yang sebenarnya baru saja dimulai. Semangat yang ada, iman yang rasanya semakin menguat, dan semua yang seolah menjadi bangkit dan berkobar pasti akan mencapai suatu titik yang entah di mana akan jatuh lagi dan hampa, kosong. Di sinilah sangat dibutuhkan lingkungan yang mendukung dan tentu saja diperlukan teman-teman yang bisa saling mengingatkan saat kita lalai dan lupa akan siapa pencipta diri kita sebenarnya.

Aku pun mulai mengenal Fosma. Entah apa aku pantas menyebutnya sebagai sebuah organisasi karena aku merasa ini bukan organisasi tetapi sebuah keluarga baru. Aku sempat canggung saat melihat para pengurus dan anggota Fosma yang lain, aku merasa tidak ada apa-apanya dibanding mereka semua. Aku sempat berpikir ada atau tidak adanya diriku tidak akan berpengaruh apa-apa pada semuanya. Aku bukanlah siapa-siapa.

Dari Fosma, dibentuklah Fokus UM. Aku mulai mengenal teman-teman lain yang berbeda fakultas dan berbeda angkatan. Mengenal karakter-karakter unik dari setiap pribadi namun memiliki satu visi yang sama, menyebarkan nilai 165. Pada awalnya aku sempat berpikir, sepertinya aku akan melakukan tindakan yang sama pada organisasi yang pernah aku ikuti sebelumnya yaitu keluar secara perlahan dan menghilang dari muka bumi (halah…hehehe!) Namun, keadaan berbalik aku merasa semakin nyaman dengan teman-teman di Fosma Malang dan Fokus UM. Bagiku, mereka adalah teman-teman terbaik yang diberikan Allah untukku. Aku merasa tak canggung lagi saat mengikuti kajian rutin bersama teman-teman Fosma dan Fokus. Aku merasakan betapa Allah masih sayang padaku.

Bukan organisasi yang aku temukan di Fosma Malang dan Fokus UM, melainkan sebuah keluarga yang saling mendukung dan saling mengingatkan. Teman-teman yang ceria, penuh senyum, saling tabur sapa, mbak-mbak yang cantik, mas-mas yang ganteng, semua yang cakep-cakep ada di sekelilingku (hweee…peace!)

Aku tak memerlukan organisasi hanya karena ingin dicap sebagai aktivis yang kritis. Aku tak mau lagi sekedar ikut-ikutan bergabung dalam sebuah kelompok hanya karena ingin dikenal. Aku tak ingin pura-pura merasa nyaman dalam sebuah komunitas dan membohongi diri sendiri dan orang lain. Aku hanya ingin keluarga, saudara-saudara baru yang bisa terus mengingatkanku dan tak segan berbagi dalam suka dan duka (cieee…) Rupanya Allah pun mengabulkan permintaanku, aku telah menemukan potongan mozaik keluarga baru di Fosma Malang dan Fokus UM. Semoga rasa rindu kita hanya tercurah pada Allah SWT dan rasul-Nya. Amin! (n_daH).

TADABUR ALAM

Salah satu kegiatan yang diadakan pada out bond coban rondo (2-3 Agustus 2008) kali ini adalah tadabur alam. Sebelumnya aku sama sekali tidak menduga bahwa ada kegiatan yang seperti ini. Setiap peserta dibekali dua buah lilin dan diantar pada suatu tempat, seorang diri.

Sekitar pukul 24.00 semua peserta disebar pada titik-titik yang telah ditentukan. Aku pun diantar oleh Mbak Dinda untuk duduk di bawah pohon pinus menghadap ke arah timur (atau arah mana, aku sudah lupa).

Awalnya memang ada sedikit perasaan takut, tetapi lama kelamaan bukan rasa takut yang ada melainkan rasa dingin yang sangat menggigit. Aku tidak membawa sleeping bag, tidak membawa sarung tangan, juga tidak memakai baju yang lebih hangat. Alhasil, aku gemetar sendiri. Pada blok perkemahan yang lain sedang ada sebuah konser dangdut yang sepertinya non-stop selama 24 jam. Semalaman hanya ber-ajep-ajep ria dan aku mendengarnya di sini, seorang diri di bawah pohon pinus.

Aku memegangi lilin dan menjaganya agar tidak padam. Aku hanya mengalihkan pandanganku pada langit di atas sana. Menikmati kerlip bintang di tengah gelap dan rasa dingin yang benar-benar tak biasa. Di sini aku mencoba untuk tetap meyakinkanku bahwa aku tidak seorang diri melainkan bersama Allah. Lilin yang aku pegang menjadi pusat fokus mataku selama beberapa saat, mencoba menyelami apa yang sedang aku pikirkan dan tentang arti sebuah cahaya yang ada di tanganku. Bisakah aku menjadi sebuah lilin? Memberikan cahayanya meskipun tubuh rela terbakar. Mengorbankan dirinya dan memberikan yang terbaik pada yang yang lainnya.

Tak terasa sudah hampir satu jam aku duduk di sini. Agaknya aku salah dalam menjaga lilinku agar tetap bisa bertahan, aku memeganginya dengan sedikit condong dan akibatnya lilin lebih cepat meleleh dari biasanya. Sempat aku mendengar ada seperti langkah kaki yang menerobos semak-semak yang ada di hadapanku, aku hanya berpikir mungkin itu hanya tiupan angin saja.

Aku melihat ada cahaya yang lebih besar. Tampaknya ada seseorang yang memanggilku. Aku pun menghampirinya. Rupanya Mas Tedi dan Eva. Sepertinya Eva yang menghampiri Mas Tedi lebih dahulu kemudian mereka memanggilku. Ya, letak kami hanya beberapa meter dengan letak cowok dan cewek disilang. Namun, siapa yang bisa segera menyadarinya di tengah malam yang gelap ini. Selama beberapa menit, kami hanya mengobrol dan hwaaa…aku sangat kedinginan!

Kami pun memutuskan untuk kembali ke tenda. Dengan membawa sisa cahaya lilin yang ada, kami mencari jalan kembali ke tenda. Di tengah perjalanan kami menemukan sebuah titik cahaya lilin yang lain, rupanya Distya. Kami berempat pun berjalan bersama dan kembali ke tenda masing-masing.

Ya, malam yang dingin. Saat hanya ada cahaya lilin yang menerangi, itu sudah sangat lebih dari cukup untuk menemani malam yang gelap karena yakinlah bahwa Allah tidak pernah tidur. (n_daH)