Senin, 29 Desember 2008

Let's Practice Japanese...

Let’s Practice Japanese!

“Pada suatu pagi (ssst…ini mau dongeng, dengerin yach!), sebelum jam pertama kuliah dimulai, seorang teman di kelas membacakan sebuah puisi. Bukan sembarang puisi, melainkan puisi dalam Bahasa Jepang. Isinya sederhana tapi sangat lembut saat diselami maknanya. Jreng…jreng…jreng…aku pun minta untuk dibuat salinannya. Dan inilah hasilnya…

“Tabun…anata wa watashi o aishiteru no

Dakedo kirai daroo…

Tabun…anata wa watashi ni natsukashi yo…

Dakedo watashi kara hashiritai deshoo…

Hijoo no sensei na Allah

Kokoro o kowari suru

Tabun kono jinsei wa

Tabun no koto ja nai kai

Allah dake tabun no kota ja nai”

Berhubung aq sudah lupa sama pelajaran Bahasa Jepang yang dulu sempat aq dapet di bangku SMA selama setahun, aq pun minta terjemahannya dalam Bahasa Indonesia…hoho!

Artinya…

“Barangkali kau mencintaiku

Barangkali kau benci

Barangkali kau rindu padaku

Barangkali kau malah ingin lari

Maha Suci Allah

Pembolak balik hati

Barangkali…hidup ini hanya barangkali?

Hanya Allah yang bukan barangkali.”

n_daH

File dari teman...

“Waktu chatting sama salah satu teman dari Fosma Purwokerto, sebuah file dikirimkan. Aq pun penasaran dan membaca file itu. Yack, tentang angka 165…

Awalnya memang sempat terkejut karena nama file itu adalah “jgn berhalakan 165”, mungkin bakal banyak pendapat berbeda dengan angka 165. Kalo menurutq secara pribadi c, angka itu adalah sebuah pengingat dan (semoga) tidak ada maksud untuk ‘memuja’ angka itu. Merinding juga niy bacanya, karena aq sempat mengganti e-mail dengan memasukkan angka 165 atau ada no hape yang diganti dengan angka 165 hehe. Bukan maksud untuk membuat gusar atau dilema, semoga informasi ini bisa menjadi pengingat bagi qta semua dan meluruskan niat semua aktivitas dan tindakan qta hanya karena Allah semata.

Wallahu ‘alam…” n_daH

Saudaraku, ada sebuah hal yg mengganjal selama ini dlm fikiran saya yg ingin saya tuangkan dlm tulisan ini.Berawal dari mengikuti sebuah training kecerdasan Emosional, Intelektual&Spiritual.Yang mana konten daripada training ini patut di acungkan jempol,menggugah banyak org, bahkan banyak yg berubah drastis, banyak perubahan menuju hal yg baik.

Training ini muncul dari sebuah buku yg ditulis oleh salah satu putra bangsa Indonesia yg punya sebuah semangat menuju Indonesia Emas 2020. Training ini berdasarkan nilai/values daripada Ihsan, Iman dan Islam..yg dilambangkan dgn 165, kerana sesuai kontennya 1Ihsan,6 Rukun Iman& 5 rukun Islam.

Setelah saya mengikuti training ini, saya juga ikut andil dalam kegiatan Alumni dalam sebuah komunitas kecil untuk sekedar muzakarah bersama. Namun seiring perjalanan waktu,justru banyak hal yg berkecamuk dlm hati saya,mulai dari trainer,konten training,alumni,dan banyak lagi pertanyaan2 yg akan muncul kalau kita selami.

Herannya, kenapa sebahagian Alumni training kecerdasan Emosional, Intelektual & Spiritual ini justru agak agaknya sudah terhipnotis dgn angka 165ini. Bayangkan saja.. kes berikut ini:

1. Mengganti No telp dengan akhiran 165

2. mengaitkan Alamat rumah dgn angka 165,misal Jl Tulip 1 Blok 6 no5,

3. Nomor polisi pada kendaraan mereka dgn angka 165,

4. Nama kumpulan mahasiswanya 165,ada kumpulan untuk pemuda, tak lupa di embeli dgn angka 165,dan masih banyak lagi.

5. Kalaupun sebahagian alumni training ini bersedekah mesti Rp 165, 1.650,16.500,165.000,1.650.000,16.500.000,165.000.000,1.650.0 00.000.000, dan seterusnya.

6. buat bendera mesti dengan size 100cm X 65cm,

7. Ada seorang karyawan daripada perusahaan ini meninggal dunia, lalu jenazahnya akan dikirim pulang ke kampungnya, kerana nomor polisi mobil itu B 7165, tak pelak lagi.... keluarlah kata “ini bukan suatu kebetulan”...

8. Ada sebuah musyawarah kumpulan Alumni di kawasan depok tak beberapa lama ini, mereka makan dan tiba2 bayaran semua Rp.165.000 dah...kambuh lagilah penyakit ini.“ini bukan suatu kebetulan”

9. Berfoto.. mulailah dengan 1..2..3... berganti dgn 165.

dan masih banyak lagi!

Inilah fenomena yang terjadi, angka ini dianggap semacam sebuah angka keberuntungan, saya merisaukan tumbuhnya rasa taqlid buta (fanatik) dgn angka ini ,bisa saja menjerumuskan kita menjadi Musyrik. Saya memahami makna angka itu,tapi kenyataan di lapangan.masih banyak diantara kita jauh dari nilai165 (Ihsan,Iman,Islam) itu sendiri, saya rasa justru memalukan..kita bangga dgn angka itu tapi jauh dari nilai terkandung dari Ihsan, Iman dan Islam itu.

Sebagai Contoh, dia sudah mantap paham dgn Ihsan,rukun iman, rukun Islam.. Namun masih saja didapati berdua-duaan dgn lawan jenis yg bukan halal baginya, bahkan kumpulan alumni ini di manfaatkan untuk mencari “pasangan”, kalaupun di tegur “kami ini kan masih muda” atau “jangan berpersepsi” atau “jangan radikal” dan lain lain.

Atau, alumni ini dah jelas jelas tau, membuka Aurat / berpakaian yang tak sesuai dengan ajaran Islam, namun masih saja beralasankan “dalam proses”.itulah pemandangan para pemuja angka 165 ini.

Saya sebenar yakin, tulisan ini akan mengundang pelbagai tanggapan. Namun satu catatan yang saya ingatkan, cukuplah kita menjadi hamba Allah yang senantiasa taat dengan apa yang di amarkan kepada Allah&rasulNya kepada kita,tanpa harus membuat batasan diri dengan angka 165 itu,bumi ini dihamparkan luas untuk kita pelajari, tidak hanya di lingkup/wadah ber angka 165 ini,jangan bagai katak dlm tempurung.Tak usah susahkan diri dgn meng-identikkan segala sesuatu dgn angka nya, alangkah bodoh nya... kita harus payah2 mengupayakan untuk mendapatkan angka itu.Rasulullah saja tak pernah perintahkan kita sedekah dgn nilai 165 ribu,165 kilo..dll

Saya juga menyadari,ada yg akan tersinggung dgn tulisan ini, terdahulu saya sampaikan mohon maaf yg sebesar2nya

H.Risdianto

Di Tulis di Palembang,27 DzulQa'dah 1429H