Kamis, 28 Agustus 2008

TADABUR ALAM

Salah satu kegiatan yang diadakan pada out bond coban rondo (2-3 Agustus 2008) kali ini adalah tadabur alam. Sebelumnya aku sama sekali tidak menduga bahwa ada kegiatan yang seperti ini. Setiap peserta dibekali dua buah lilin dan diantar pada suatu tempat, seorang diri.

Sekitar pukul 24.00 semua peserta disebar pada titik-titik yang telah ditentukan. Aku pun diantar oleh Mbak Dinda untuk duduk di bawah pohon pinus menghadap ke arah timur (atau arah mana, aku sudah lupa).

Awalnya memang ada sedikit perasaan takut, tetapi lama kelamaan bukan rasa takut yang ada melainkan rasa dingin yang sangat menggigit. Aku tidak membawa sleeping bag, tidak membawa sarung tangan, juga tidak memakai baju yang lebih hangat. Alhasil, aku gemetar sendiri. Pada blok perkemahan yang lain sedang ada sebuah konser dangdut yang sepertinya non-stop selama 24 jam. Semalaman hanya ber-ajep-ajep ria dan aku mendengarnya di sini, seorang diri di bawah pohon pinus.

Aku memegangi lilin dan menjaganya agar tidak padam. Aku hanya mengalihkan pandanganku pada langit di atas sana. Menikmati kerlip bintang di tengah gelap dan rasa dingin yang benar-benar tak biasa. Di sini aku mencoba untuk tetap meyakinkanku bahwa aku tidak seorang diri melainkan bersama Allah. Lilin yang aku pegang menjadi pusat fokus mataku selama beberapa saat, mencoba menyelami apa yang sedang aku pikirkan dan tentang arti sebuah cahaya yang ada di tanganku. Bisakah aku menjadi sebuah lilin? Memberikan cahayanya meskipun tubuh rela terbakar. Mengorbankan dirinya dan memberikan yang terbaik pada yang yang lainnya.

Tak terasa sudah hampir satu jam aku duduk di sini. Agaknya aku salah dalam menjaga lilinku agar tetap bisa bertahan, aku memeganginya dengan sedikit condong dan akibatnya lilin lebih cepat meleleh dari biasanya. Sempat aku mendengar ada seperti langkah kaki yang menerobos semak-semak yang ada di hadapanku, aku hanya berpikir mungkin itu hanya tiupan angin saja.

Aku melihat ada cahaya yang lebih besar. Tampaknya ada seseorang yang memanggilku. Aku pun menghampirinya. Rupanya Mas Tedi dan Eva. Sepertinya Eva yang menghampiri Mas Tedi lebih dahulu kemudian mereka memanggilku. Ya, letak kami hanya beberapa meter dengan letak cowok dan cewek disilang. Namun, siapa yang bisa segera menyadarinya di tengah malam yang gelap ini. Selama beberapa menit, kami hanya mengobrol dan hwaaa…aku sangat kedinginan!

Kami pun memutuskan untuk kembali ke tenda. Dengan membawa sisa cahaya lilin yang ada, kami mencari jalan kembali ke tenda. Di tengah perjalanan kami menemukan sebuah titik cahaya lilin yang lain, rupanya Distya. Kami berempat pun berjalan bersama dan kembali ke tenda masing-masing.

Ya, malam yang dingin. Saat hanya ada cahaya lilin yang menerangi, itu sudah sangat lebih dari cukup untuk menemani malam yang gelap karena yakinlah bahwa Allah tidak pernah tidur. (n_daH)

Tidak ada komentar: